Senin, 02 September 2013

Penjelasan Sains tentang Kehidupan Abadi



Kini sains dapat menjelaskan kebenaran ranah dan doktrin agama tersebut. Sebuah penelitian ilmiah terbaru menunjukkan kematian bukanlah pemberhentian terakhir. Observasi ilmiah yang dilakukan menyimpulkan kehidupan dan kematian ternyata berkorespondensi dengan “alam lain” (multiverse). Paparan ilmiah tersebut dijelaskan oleh teori ilmiah bernama biosentrisme. Menurut teori ini, kendati tubuh dirancang untuk hancur sendiri, namun ada sebuah “energi” yang bekerja dalam otak, yaitu “perasaan hidup” mengenai “siapakah saya”. “Energi itu tidak musnah ketika manusia mati,” tulis ilmuwan terkemuka dunia dan pengarang buku biocentrism, Robert Lanza. Teori sains tentang energi memang menjelaskan hukum kekekalan energi. Menurut Lanza, energi “perasaan hidup” itu tak tercipta, tapi juga tak bisa musnah.
Lantas, apakah energi ini berpindah dari satu dunia ke dunia lain? Sebuah eksperimen yang dipublikasikan dalam jurnal Science memperlihatkan bahwa para ilmuwan bisa mengubah sesuatu yang sudah terjadi pada masa lalu. Lewat percobaan yang menggunakan beam splitter (perangkat optik yang membelah berkas cahaya), partikel-partikel energi diputuskan keberadaannya. Ternyata, dari situ dapat ditentukan apa yang berlaku pada partikel ini pada masa lalu sehingga seseorang dapat menyelami pengalaman di masa lalu. Kaitan antara pengalaman dan semesta ini melampaui gagasan-gagasan manusia mengenai ruang dan waktu. Tapi biosentrisme sendiri menyatakan, ruang dan waktu bukan obyek sulit seperti yang dibayangkan. Teori ini menganalogikan waktu sebagai udara yang sia-sia untuk ditangkap manusia karena memang tak pernah bisa diraih. “Anda tak bisa melihat apapun melalui tulang tengkorak yang menyelimuti otak anda,” kata Robert Lanza. “Apa yang anda lihat dan rasakan sekarang adalah putaran informasi pada otak anda.” Menurut biosentrisme, ruang dan waktu semata-mata adalah alat penghimpun informasi secara bersamaan. Karena itulah, dalam dunia yang tidak ada ruang dan waktu, tak ada istilah kematian.

Sumber: Cakrawala, Harian Pikiran Rakyat, edisi Kamis 29 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar