Tinggi rendahnya
tekanan darah akan menjadi persoalan serius bagi kesehatan tubuh manusia. Bila tekanan
darahnya terlalu tinggi dari ambang normal, akan mengalami gangguan fisik. Sebaliknya,
bila tekanan darahnya terlalu rendah juga tidak akan bugar. Manusia sudah
mengenal tekanan darah sejak sekitar 2600 tahun sebelum masehi, seperti yang dilansir
dari Medicinehistory. Saat itu kaisar kuning Huang Ti Nie Ching dari Cina
menyebutkan bahwa konsumsi garam memiliki hubungan dengan penguatan detak. Tulisan
ini ditemukan jauh setelah kematian Nie Ching. Kemudian naskah yang tertulis
2000 tahun sebelum masehi menyebutkan soal pentingnya penggunaan potasium untuk
diet. Selama ribuan tahun setelah
tulisan Kaisar Kuning itu memang belum terdefinisikan secara pasti soal
hubungan garam dengan denyut jantung, atau potasium dengan diet. Keterkaitan ini
baru mulai terdefinisikan sejak tahun 1706 saat ahli anatomi asal Prancis,
Raymond de Viessens menggambarkan struktur jantung.
Gambar struktur
hati ini kemudian mengilhami Reverend Stephen Hales. Dari situ dia kemudian
terpikir untuk mengukur tekanan darah. Makhluk yang pertama kali tekanan
darahnya diukur, ternyata bukan manusia. Dia menjalankan pengukuran ini saat berlangsung
pembedahan seekor kuda. Namun demikian, saat itu alat yang digunakan untuk
mengukurnya belum sederhana. Barulah di tahun 1896, seorang ahli fisika
Scipione Riva-Rocci menemukan alat yang sederhana untuk mengukur tekanan darah
manusia. Alat itu berupa karet yang diikat melingkar lengan, yang kemudian
diisi angin. Pengisian angin ini bertujauan untuk menghentikan aliran darah di
urat yang dialiri darah. Alat ini masih mengandalkan hitungan manual.
Sumber: Cakrawala, Harian Pikiran
Rakyat, edisi Kamis 15 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar