Semua mamalia mampu memproduksi
air mata melalui kelenjar air mata untuk membasahi kornea dan mengeluarkan debu
dari mata. Tetapi lain halnya dengan menangis. Sebab, menangis merupakan respon
terhadap tekanan emosional yang mungkin hanya dialami oleh manusia. Akan tetapi,
gajah pun mampu meneteskan air mata (menangis) dengan menunjukkan ekspresi
wajah yang menunjukkkan bahwa mereka sedang bersedih. Dikutip How it Works
Daily (14/07/2013), hewan yang memiliki belalai panjang tersebut sudah lama
diketahui dapat meneteskan air mata. Meski demikian, belum diketahui apa yang
ada di dalam pikirannya ketika mereka ‘menangis’ sedemikian layaknya manusia. Michael
Trimble selaku ahli neurologi perilaku mengungkapkan, “Menangis merupakan kemampuan mental yang lebih tinggi, dimana memungkinkan
kita mengenali tragedi kehidupan, seperti ketakutan, kelaparan, atau bahkan
sakit. Hal ini bertentangan dengan yang dirasakan oleh hewan yang pada umumnya
tidak mengenali emosi seperti itu.” Hingga kini para ilmuwan masih
memperdebatkan sejauh mana gajah dapat merasakan emosi. Namun, yang menarik,
hewan mamalia berbadan besar ini memiliki beberapa ritus terkait dengan
kematian, dimana beberapa diantara mereka menunjukkan minat yang mendalam
tentang tulang dari jenis mereka sendiri. Sekumpulan gajah itu juga tidak
jarang memperlihatkan interaksi emosional yang mendalam, bahkan tertekan ketika
salah satu diantaranya sekarat atau mati. (jam)**
Sumber: Cakrawala, Harian Pikiran Rakyat, edisi
Kamis 18 Juli 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar