Sabtu, 27 Juli 2013

Benarkah Gajah Dapat Menangis?


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHu0abhYd7oE3ceyXDbdz-WVj-QcTq6FJ6dmC7bP4iUVxsfrqb04CHuwLFoEZp0rLKAi-TKNXK7ymcmRpn33a8EbsN-ezLukco9irh9AxoOn_2UAfsdEG8NyCqgDQZByPsmWVAR3FauaM/s1600/elephant_1.jpg   Semua mamalia mampu memproduksi air mata melalui kelenjar air mata untuk membasahi kornea dan mengeluarkan debu dari mata. Tetapi lain halnya dengan menangis. Sebab, menangis merupakan respon terhadap tekanan emosional yang mungkin hanya dialami oleh manusia. Akan tetapi, gajah pun mampu meneteskan air mata (menangis) dengan menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkkan bahwa mereka sedang bersedih. Dikutip How it Works Daily (14/07/2013), hewan yang memiliki belalai panjang tersebut sudah lama diketahui dapat meneteskan air mata. Meski demikian, belum diketahui apa yang ada di dalam pikirannya ketika mereka ‘menangis’ sedemikian layaknya manusia. Michael Trimble selaku ahli neurologi perilaku mengungkapkan, “Menangis merupakan kemampuan mental yang lebih tinggi, dimana memungkinkan kita mengenali tragedi kehidupan, seperti ketakutan, kelaparan, atau bahkan sakit. Hal ini bertentangan dengan yang dirasakan oleh hewan yang pada umumnya tidak mengenali emosi seperti itu.” Hingga kini para ilmuwan masih memperdebatkan sejauh mana gajah dapat merasakan emosi. Namun, yang menarik, hewan mamalia berbadan besar ini memiliki beberapa ritus terkait dengan kematian, dimana beberapa diantara mereka menunjukkan minat yang mendalam tentang tulang dari jenis mereka sendiri. Sekumpulan gajah itu juga tidak jarang memperlihatkan interaksi emosional yang mendalam, bahkan tertekan ketika salah satu diantaranya sekarat atau mati. (jam)**





Sumber: Cakrawala, Harian Pikiran Rakyat, edisi Kamis 18 Juli 2013.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar